Menulis Komentar di Rapor Tak Lagi Sulit

Dari dulu hingga sekarang, sejak zaman saya masih belajar di Sekolah Dasar hingga sekarang saya mengajar di level SD, momen pembagian buku rapor selalu menegangkan bagi saya. Dulu, saya selalu deg-degan menunggu di rumah, sementara Bapak saya pergi ke sekolah untuk mengambil rapor. Saya was-was apakah nilai saya akan naik, tetap atau jangan-jangan turun? Saya juga tak sabar menduga-duga akankah Bapak membawa pulang hadiah lagi dari guru saya, karena mendapat peringkat pertama di kelas, atau tidak? Begitulah pikiran sederhana saya beberapa belas tahun silam.





Kini, perasaan saya juga masih tetap campur aduk menjelang pembagian rapor. Pertama, tenggat waktu yang diberikan sekolah untuk mengisi rapor selalu saja terasa kurang, apalagi jika momen ujian akhir berdekatan dengan waktu bagi rapor. Selain itu, bentuk rapor masa kini juga tidak sesederhana zaman saya SD dulu. Dulu, cukup ada angka, penulisan angka dalam huruf, dan sedikit penilaian tentang kerajinan, kerapian dan kebersihan. Tapi sekarang, rapor sudah beragam bentuknya. Salah satu yang membuat guru-guru pusing adalah rapor yang memiliki kolom komentar untuk siswa dalam bentuk narasi. Apakah Anda juga merasakan hal serupa? Jika benar, semoga tulisan ini dapat membantu meringankan beban pikiran Anda dalam menyusun komentar.


Apa sih pentingnya komentar dalam rapor?

Jika Anda sedang dalam kejaran waktu menyelesaikan rapor, mungkin Anda hanya terpikir betapa melelahkannya semua proses itu. Tapi jika kita pikirkan lagi, komentar-komentar yang akan kita tulis berdampak besar baik bagi murid, wali murid maupun guru sendiri.

Bagi murid, tentu saja komentar-komentar itu bisa menunjukkan kemajuan belajarnya dan apa yang perlu ia tingkatkan, selain juga untuk menegaskan bahwa sang guru benar-benar memperhatikan perkembangan dia selama periode belajar. Bagi orang tua, komentar dalam rapor bisa sedikit demi sedikit "mengalihkan" perhatian mereka pada deretan angka dan juga peringkat si anak. Diakui maupun tidak, hingga sekarang mayoritas orang tua di Indonesia masih menekankan pada nilai yang diperoleh anak dan juga membandingkan kemampuan anak dengan teman-temannya. Nah, narasi yang ditulis guru bisa mengubah paradigma mereka bahwa tidak hanya angka simbolis yang perlu diperhatikan, tapi juga sikap belajar dan juga kemampuan sosialisasi, kreativitas, motorik dan aspek-aspek lainnya. Sementara bagi guru, komentar yang ia tulis bisa menjadi sarana refleksi sejauh mana pembelajaran dan bimbingan yang ia berikan berhasil meningkatkan perkembangan muridnya. Sama halnya dengan orang tua, komentar itu juga bisa mengingatkan guru lagi untuk memperhatikan perkembangan siswa secara holistik (menyeluruh).


Lantas, apa saja yang perlu ditulis dalam komentar naratif itu?

Pada dasarnya, setiap orang tua ingin mendapatkan kabar mengenai kemajuan sekaligus kekurangan anaknya. Sebagai guru, kitalah orang yang dianggap paling mengetahui detil perkembangan anak-anak. Karenanya, kita harus berhati-hati dalam menyampaikan ini melalui tulisan.

Saya beruntung karena menemukan buku ini di perpustakaan sekolah. Buku berjudul "Just the Right Words: 201 Report Card Comments" (karangan Mona Melwani) ini sangat membantu saya dalam membuat komentar di rapor.


Menurut Melwani, ada beberapa hal yang bisa menjadi fokus dalam komentar kita: kemampuan berbahasa (membaca-menulis-menyimak-berbicara), kemampuan berhitung, kemampuan bersosialisasi dan menyelesaikan tugas, usaha yang dikeluarkan siswa beserta hasilnya, dan juga usaha apa yang bisa dilakukan orang tua untuk membantu anak meningkatkan prestasinya.

Lebih lanjut, Melwani juga mengungkapkan ada tiga model yang umum dipakai guru dalam menyusun komentar, yaitu (1) Positif dan Negatif  (2) Penekanan pada kelemahan anak (Poor Grade) dan  (3) Komentar Berkelanjutan (The Progressive Comment).

(1) Positif dan Negatif
Ketika kita menggunakan model ini, kita bisa memulai komentar kita dengan mengatakan perkembangan positif anak (berikut area spesifik perkembangannya), kemudian kita menunjukkan area dimana dia membutuhkan bantuan, dan ditutup dengan kalimat penyemangat di ujung. Berikut ini contohnya:

Rani menunjukkan perkembangan dalam kemampuan berhitungnya. Kecepatannya dalam menghitung perkalian memudahkannya dalam mengerjakan soal pembagian dan pemfaktoran. Namun demikian, dia masih menemukan kesulitan dalam mengerjakan soal pecahan dan desimal. Orang tua diharapkan dapat membantu Rani mengerjakan soal-soal latihan di rumah sehingga dia bisa berkembang lebih pesat. Dengan dorongan orang tua dan semangat yang kuat dari Rani, saya yakin dia akan semakin percaya diri dalam pelajaran Matematika.  

(2) Poor Grade
Meskipun model ini menekankan pada kelemahan anak, kita perlu menunjukkan juga kemajuan yang sudah dicapai. Berikut adalah struktur umumnya: area pelajaran yang berkembang >> area yang perlu ditingkatkan >> bantuan yang sudah diberikan di sekolah >> bantuan yang bisa dilakukan orang tua. Simak contoh berikut:

Lingga mampu membaca dengan mandiri dalam semester ini. Kemampuan ini merupakan buah dari perkembangannya dalam mengeja dan menyusun kata. Kemajuan serupa juga diharapkan muncul dalam kemampuan menulisnya karena sejauh ini, Lingga masih perlu bantuan dalam mengawali tulisan dan mengembangkan ide. Kami sudah membantu Lingga dengan stimulasi dan menunjukkan beberapa contoh pengawal kalimat, namun dia belum menunjukkan kemajuan yang signifikan. Lingga perlu mendapat dorongan agar ia dapat melihat kegiatan menulis sebagai aktivitas yang menyenangkan. Beberapa kegiatan yang kami lampirkan, seperti kegiatan menulis sekeluarga, diharapkan dapat membantunya.

(3) The Progressive Comment
Model ini dapat dipakai jika guru menuliskan komentar bertipe "poor grade" dalam periode sebelumnya. Komentar jenis progressive ini berfungsi untuk menindak lanjuti usaha yang disepakati dalam pembagian rapor sebelumnya. Berikut ini salah satu contohnya:

Lingga menunjukkan perkembangan yang signifikan dalam periode ini, khususnya dalam kemampuan menulis dan matematikanya. Lingga kini mampu menuliskan beberapa paragraf dengan sedikit bantuan dari guru. Sementara itu, kemampuannya dalam mengerjakan soal persentase juga meningkat. Ini merupakan perkembangan yang sangat positif dan dukungan orang tua sangat berperan dalam hal ini.

Itulah model-model yang umum dipakai untuk menuliskan komentar naratif yang disebutkan dalam buku di atas. Tentu kita bisa mengombinasikan ketiganya sesuai kebutuhan di kelas. Buku Melwani memang berbahasa Inggris, dan ditulis berdasarkan pengalamannya mengajar di sekolah internasional di Taipei. Namun jangan khawatir, Melwani menyediakan banyak sekali contoh komentar yang bisa kita padu-padankan dengan kondisi kelas dan siswa kita. Melwani menyusun buku ini dengan pembagian berdasarkan mata pelajaran (Language Arts; Mathematics; Science and Socal Studies) dan juga sikap siswa (Social/Emotional Behavior and Work Habits). Dia juga menunjukkan contoh-contoh kasus berdasarkan tingkat kemampuan siswa (developing; capable; proficient; excellent)

Setelah membaca buku ini, saya merasa kegiatan menulis komentar di rapor tak lagi sesulit dulu. Rasa deg-degan masih ada, terutama ketika membayangkan pertemuan dengan orang tua nanti. Tapi sekarang, saya menjadi lebih percaya diri. Semoga Anda juga bisa mendapatkan manfaat yang sama dari buku di atas dan juga dari tulisan saya ini.

Unknown

Phasellus facilisis convallis metus, ut imperdiet augue auctor nec. Duis at velit id augue lobortis porta. Sed varius, enim accumsan aliquam tincidunt, tortor urna vulputate quam, eget finibus urna est in augue.

5 comments: